PDIP

PDIP

Dengan semua kekurangannya, ia adalah satu-satunya partai yang berani mencalegkan intelektual terkemuka Indonesia yang dibenci dan dikeroyok oleh seluruh gerombolan intoleran. Keputusan penuh risiko politik ini mengisyaratkan adanya komitmen di dalam benak minimal sebagian elitnya untuk konsisten mengedepankan kebangsaan dan kebhinnekaan di atas keyakinan, suku, daerah, golongan dan lainnya.

Hengkangnya beberapa kader dari partai itu dengan alasan mengikuti jejak politik presiden (yang tidak mendukung paslon dari partai yang telah mengusungnya dalam dua periode),  memang menciptakan suasana batin yang tidak biasa, apalagi beberapa hari jelang pemilu yang memerlukan kesolidan dan konsentrasi maksimum.

Aksi lepas jaket berlogo partai di beberapa kota pada injury time ini memang melejitkan kesadaran tentang urgensi evaluasi dan penyegaran. Tapi partai ini terlalu tangguh untuk digembosi atau dilemahkan oleh riak-riak kecil meski terencana. Sejak dulu aksi hengkang selalu terjadi, tapi yang bergabung ke dalamnya juga banyak. Inilah fenomena umum yang terjadi dalam semua partai dan dikakukan oleh banyak politisi. Hal itu justru mengonfirmasi bahwa pragmatisme kerap mengalahkan idealisme dan dan bahwa kompetisi politik tak lagi berbasis ideologi tapi transaksi.

Sebagian dari kita mungkin memang bukan simpatisan partai ini juga bukan pemilih paslon yang diusungnya, tapi eksistensi, kiprah serta perannya terlalu besar dan luas untuk dikeciilkan. Merasa atau tidak, banyak tokoh politik yang berhutang budi kepada partai ini.

Read more