PETAHANA YANG MENGECEWAKAN

PETAHANA YANG MENGECEWAKAN
Photo by Unsplash.com

Saya dan beberapa orang yang sepandangan dan senasib mungkin kecewa terhadap salah satu capres karena beberapa langkahnya terutama terkait dengan sosok yang ditetapkannya sebagai cawapresnya.

Saya tak merasa malu atau takut apalagi merasa berdosa untuk mengutarakan kekecewaan ini karena itu tidak mencederai atau mengganggu hak siapapun.

Saya takkan berdrama dengan memuja sosok yang menjadi biang utama di balik kesengsaraan banyak orang yang sekeyakinan dengan saya, apalagi tak menganulir pernyataan-pernyataanya yang menjadi dasar justifikasi aneka agresi fisik, verbal dan mental serta tak meminta maaf atas peran negatifnya.

Kecewa adalah peristiwa personal yang muncul akibat pupusnya atau melemahnya harapan tentang sesuatu yang baik dan berguna bagi saya dan banyak orang yang menantikan itu di balilk itu.

Kekecewaan itu tak membuat saya apatis, karena sejak semula saya sadar bahwa demokrasi ditetapkan tidak untuk mencari santo, nabi atau sosok suci. Saya juga sejak semula menjaga proporsionalitas tanpa euforia dalam pandangan dan sikap politik sehingga tak merasa terbebani oleh keterlanjuran kultus dan pemutlakan untuk mengubah sikap atau menurunkan level dukungan, karena teologi yang saya pilih dengan menikmati semua risiko terlalu megah dan mulia untuk dinomerduakan.

Dengan tidak mengabaikan kekecewaan yang bisa ditransformasi menjadi energi positif berupa sikap kritis yang rasional dan fair, bergabung dengan golput, memindahkan dukungan dan mempertahankan pilihan adalah opsi-opsi yang tersaji.

Memindahkan dukungan harus didasarkan pada fakta positif yang tidak ada pada pihak yang dianggap mengecewakan. Bila tak ditemukan fakta positif pada dua kandidt, maka alasan untuk memindahkannya pun sirna.

Saya tak menemukan alasan rasional untuk golput karena dua kandidat tak mungkin sama rata.

Karena menyamaratakan sesuatu yang tak mungkin sama seperti kemampuan, keberhasilan, integritas personal dan aspek lainnya adalah kezaliman intelektual, saya berkesimpulan sebagai berikut:

1. Menganggap semua info tentang kinerja dan apa-apa yang telah dilakukan oleh petahana sebagai dusta adalah anggapan dusta.
2. Menganggap semua data tentang kinerja petahana sebagai manipulatif adalah manipulasi.
3. Menganggap semua langkah positif petahana sebagai pencitraan semata tanpa ketulusan sama sekali adalah pembodohan dan sulit untuk tidak ditafsirkan sebagai sikap tendensius.
4. Menganggap personalitas petahana sebagai negatif semata adalah pelecehan terhadap akal sehat.

Selain alasan-alasan di atas, beberapa hal yang dimiliki petahana, dengan semua kekurangannya yang membuat sebagian orang kecewa, tak dimiliki oleh selainnya seperti jejak masa lalu, ketenangan, kesahajaan, pengalaman dalam pengelolaan, beban masa lalu, kebugaran jasmani, wawasan millenial dan tentu saja kesantuan sipil.

Saya tak menganggap relijiusitas dan kesalehan beragama sebagai salah satu keunggulan dan kriteria, karena seyogyanya bangsa yang majemuk dipimpin oleh individu yang mencerminkan kemajemukan, bukan yang mendemonstrasikan identitas sektarian yang justru mengisyaratkan melemahnya spirit kebhinekaan.

Inilah sekelumit tentang sikap politik saya.

Read more