STUDI KRITIS BUKAN MENCEMOOH MAZHAB
Menolak kebenaran sebuah teks yang dinisbatkan kepada Nabi tidaklah sama dengan mendustakan hadis Nabi yang merupakan wahyu suci dan sumber ajaran Islam setelah Al-Quran.
Studi kritis teks yang dinisbatkan kepada Nabi SAW yang dikenal studi kritis hadis bukanlah bagian integral dari teologi dan kajian mazhab. Ia bersifat lintas mazhab dan tidak tidak patut diberi stigma mazhab tertentu, karena teks riwayat dalam referensi mazhab apapun tidaklah sama secara epistemik dengan teks Al-Qiuran yang diterima sebagai realitas otentik.
Teks irrasional berserakan dalam kitab-kitab referensial semua mazhab.
Hanya saja yang menjadi kendala dilematis bagi sebagian umat adalah doktrin pemutlakan yang menetapkan kitab riwayat tertentu sebagai kitab paling otentik setelah Al-Quran.
Studi hadis bisa dilakukan dengan menyelidiki rangkaian perawi atau sanad, dan bisa pula dilakukan dengan menganalisis matan atau konten yang dikandungnya.
Semua teks tak logis dan menabrak kesucian Nabi dan agama layak ditolak dari manapun sumber periwayatannya. Tak perlu menyebut nama mazhab, apalagi meledek mazhab apapun, cukup mengutipnya secara tekstual bahkan tanpa komentar. karena memang konteksnya bukan memuja atau mencemooh mazhab. Singkatnya, tak perlu meninggalkan atau berpindah mazhab hanya karena melakukan studi kritis.