MAKNA LOGIS "BERTAKWALAH!"
Banyak orang mengira ketakwaan sebagai sebuah prestasi kesalehan yang bisa dicapai dengan praktik-praktik ritual serta amalan zikir secara intensif dan rutin semata sebagai pelaksanaan perintah bertakwa dalam banyak ayat suci dalam Al-Quran.
Banyak pula orang memahami perintah bertakwa sebagai perintah untuk merasa bertakwa tanpa sebuah proses dan prosedur tertentu yang dilalui. Padahal tidak demikian.
Jumlah kata "ittaqu" (اتقوا) dalam Al-Quran, tanpa memasukkan kata benda "taqwa" (التقوى) dan serumpunnya di dalamnya,, kira-kira 129 kali. Pengulangan Ini menunjukkan posisi vital ketakwaan bagi hamba. Karena itulah, perintah bertakwa disepakati sebagai bagian fundamental dari khotbah Jumat yang mesti disampaikan oleh khatib.
Taqwa secara etimologis adalah kewaspadaan, perlindungan diri, dan secara terminologis adalah sebuah kesadaran psikologis yang mendorong subjek berkesadaran kepada apapun yang baik dan memproteksinya dari apapun yang buruk.
Secara epistemologis, tawa atau ketakwaan adalah buah dari amal atau perbuatan baik yang merupakan implementasi iman dalam struktur kausalitas yang nurut secara niscaya sebagai berikut :
1. Perintah dan anjuran bertakwa hanya bisa dipahami sebagai perintah melewati tahap iman kemudian tahap amal saleh yang diwajibkan dan yang dianjurkan, vertikal dan horisontal.
2. Perintah dan anjuran beramal saleh mesti dipahami sebagai perintah beriman atau percaya (trust) sebagai tahap yang mendahuluinya.
3. Perintah dan anjuran beriman harus dipahami sebagai perintah mencari ilmu dan berpengetahuan (mafhum koheren yang koresponden dengan mishdaq) yang melahirkan iman.
4. Perintah dan anjuran berpengetahuan (mencari data valid) harus dipahami sebagai perintah berpikir yang merupakan proses olah pikiran yang membuahkan pengetahuan.
5. Perintah dan anjuran berpikir mesti dipahami sebagai perintah berpikir harus dipahami sebagai perintah berkesadaran yang merupakan buah sebuah pengalaman individual sejak awal hadir sebagai manusia yang merupakan substansi khusus yang secara gradual terdiri atas raga sebagai perangkat keras, jiwa sebagai perangkat keras sekaligus perangkat lunak yang gradual.
Ketakwaan adalah prestasi gradual sebuah proses perjuangan panjang dari kesadaran, lalu pemikiran, kemudian pengetahuan selanjutnya kepercayaan (kepatuhan batin) dan pengamalan (kepatuhan lahir). Ketakwaan tertinggi adalah kesucian mutlak yang disusul oleh kesucian nisbi dalam hierarki yang menjulang.